sebenarnya ini adalah artikel lepas yang saya CoPas karena menurut saya ini sangat menarik dan perlu dipikirkan oleh semua pihak utamanya Mahasiswa serta Dosen-dosen yang tercinta *asiiiikkk kata2nya ^.^
................................................
Sistem transparansi nilai adalah suatu bentuk pengumuman tentang nilai yang diperoleh siswa secara tertulis. Bagaimanakah transparansi nilai dalam dunia pendidikan di indonesia? Sistem transparansi nilai bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajarnya. Manfaat sistem transparansi nilai adalah siswa dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan metode belajar yang telah diterapkannya.
Sistem transparansi nilai sangat penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak lepas dari nilai/skor. Setiap akhir semester pasti ada suatu penilaian akhir terhadap kompetensi dasar yang telah ditempuh oleh para siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar kita mengenal adanya nilai kognitif, nilai afektif dan nilai psikomotorik. Nilai kognitif adalah nilai yang diperoleh siswa ketika mengerjakan tugas dan ujian. Nilai afektif adalah nilai nilai kepribadian dari setiap siswa. Nilai afektif meliputi sifat, tingkah laku, kesopanan, kebersihan, kerapian dan lain-lain yang berhubungan dengan pribadi siswa. Sedangkan nilai psikomotorik adalah nilai yang diperoleh siswa ketika melakukan praktikum. Dalam dunia perkuliahan terdapat sistem kredit semester (sks). Setiap mahasiswa harus menyelesaikan sks yang telah ditentukan untuk memperoleh gelar tertentu. Setiap akhir semester akan diadakan penilaian terhadap mata kuliah yang telah ditempuh mahasiswa. Mahasiswa mengetahui tentang kelulusannya melalui penilaian akhir tersebut. Setelah mengetahuinya, mahasiswa akan menentukan sks yang akan ditempuh pada semester berikutnya sesuai dengan IP yang diperolehnya. Begitu sangat berharganya nilai dalam menentukan kelulusan serta masa depan siswa. Sehingga diperlukan adanya sistem transparansi nilai yang jelas.
Perkembangan pendidikan di indonesia harus disertai dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang positif, agar perkembangannya ke arah positif pula. Salah satunya adalah penerapan sistem transparansi nilai. Selama ini transparansi nilai di indonesia sangat kurang. Banyak dari para pendidik dalam pendidikan formal yang tidak menerapkan transparansi nilai. Para pendidik cenderung malas untuk menginformasikan hasil penilaian terhadap siswanya. Sistem transparansi nilai yang kurang jelas akan menimbulkan spekulasi-spekulasi, baik positif maupun negatif. Penilaian oleh sebagian dari pendidik cenderung dilakukan berdasarkan penilaian subjektif. Sebagian dari para pendidik melakukan penilaian atas dasar kedekatannya dengan siswa. Padahal pendidik itu harus adil terhadap semua siswanya. Hal itu disebabkan oleh tidak diterapkannya sistem transparansi nilai dalam dunia pendidikan di indonesia.
Pada saat ini banyak sekali permasalahan tentang sistem transparansi nilai. Para pendidik kurang transparan dalam memberikan nilai. Mereka cenderung tidak mengumumkan hasil penilaiannya terhadap siswa. Ada motif-motif tertentu dibalik tidak adanya pengumuman hasil penilaian. Antara lain malas, KKN, tidak suka mengajar, tidak ada waktu untuk mengumumkan, salah satu usaha untuk meningkatkan motifasi belajar atau motif-motif lain yang belum kami ketahui. Padahal, pada saat ini kita dituntut untuk bersifat terbuka.
Kurang transparannya nilai akan menimbulkan konflik lahir maupun batin. Konflik batin timbul, ketika seorang siswa mendapat nilai yang tidak sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Konflik batin yang berkepanjangan akan menurunkan prestasi siswa bahkan dapat berubah menjadi konflik lahir. Ketika siswa tidak senang terhadap penilaian gurunya, mereka akan melakukan aksi-aksi protes yang positif maupun negatif. Aksi positif adalah ketika mereka menanyakan secara langsung tentang nilai yang diperolehnya, kemudian melakukan protes serta meminta nasehat. Sedangkan aksi negatif adalah mereka melakukan aksi anarkis terhadap guru yang tidak disukainya
Fungsi dari sistem transparansi nilai adalah untuk memberikan kejelasan status nilai yang diperoleh siswa. Dari fungsi diatas cukup jelas bahwa permasalahan tentang spekulasi nilai diakibatkan oleh kekurangjelasan dari sistem transparansi nilai. Siswa dapat mengetahui, darimanakah nilai yang diperolehnya pada akhir semester melalui pengumuman-pengumuman nilai, terutama nilai kognitif dan psikomotorik. Sehingga siswa dapat melakukan komplain dari nilai yang diperolehnya. Pendidik juga dapat memberikan penjelasan kepada siswanya dari rekap nilai yang terkumpul. Sehingga dapat terjadi kesepakatan antara siswa dan pendidiknya.
Sistem transparansi nilai yang membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Setiap siswa pasti mempunyai motivasi dalam belajar. Mereka mempunyai motivasi untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya sebagai siswa. Motivasi siswa dapat dirangsang dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan pemberian nilai yang jujur, ojektif, dan transparan. Penilaian yang objektif akan memberikan motivasi lebih kepada siswa yang benar-benar ingin berkompetisi. Penilaian yang objektif akan menghasilkan persaingan yang positif. Salah satu bentuk penilaian objektif adalah dengan sistem transparansi nilai.
Siswa pasti akan merasa senang apabila hasil pekerjaannya mendapatkan nilai yang bagus, sebaliknya mereka akan merasa sedih apabila pekerjaannya mendapatkan nilai yang jelek. Tetapi seorang siswa yang mendapat nilai jelek akan merasa senang dan mengoreksi kesalahannya, jika pekerjaannya tersebut diselesaikan sendiri. Karena mereka mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Berbeda dengan seorang siswa yang mendapat nilai bagus, tetapi mengutip pekerjaan teman lain. Mereka akan merasa senang, akan tetapi kesenangan sesaat. Karena dalam diri mereka pasti ada kekawatiran, bagaimana kalau nanti mereka ditanya tentang cara mengerjakan tugas tersebut.
Sistem transparansi nilai yang melemahkan motivasi siswa dalam belajar. Seorang siswa yang merasa dikecewakan memiliki dua kemungkinan dalam proses belajar. Pertama mereka akan semakin giat belajar untuk membuktikan bahwa penilaian gurunya salah. Kedua mereka akan patah semangat karena mereka berprinsip “buat apa belajar, toh nanti juga dapat nilai yang jelek”. Kemungkinan kedua tersebut lebih sering terjadi. Siswa yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki nilai tetap mendapatkan nilai yang tidak fair. Disitulah letak kurang transparannya penilaian terhadap siswa.
Sistem transparansi nilai yang mematikan bakat dari siswa berbakat. Adakalanya bakat siswa dimatikan oleh transparansi nilai yang kurang jelas. Seorang guru yang memberikan nilai yang tidak fair akan menenggelamkan bakat siswa. Mereka akan tenggelam karena nilainya jelek, padahal siswa tersebut berbakat. Hal tersebut sangat disayangkan. Betapa tidak, bakat siswa yang seharusnya dapat diasah menjadi lebih baik, tetapi hilang karena penilaian yang kurang transparan.
Saran bagi guru, jadilah pendidik yang adil, arif dan bijaksana serta menjadi contoh yang baik bagi siswanya…
1 komentar:
wah mantap,
sumber aslinya dimna ka?
Posting Komentar