Tahukah
anda berapa anggaran kesehatan negeri ini? 20%? 15%? 10%? Anda salah…. Jawaban
yang benar adalah HANYA 2%. Bandingkan dengan Timor Leste, saudara tetangga
kita yang menganggarkan 12% APBN nya di bidang kesehatan. Mahalnya biaya
kesehatan mungkin inilah yang dirasakan sebagian besar masyarakat kita.
Pembiayaan kesehatan saat ini lebih banyak dikeluarkan dari uang pribadi,
dimana pengeluaran kesehatan yang harus dikeluarkan oleh seseorang mencapai
sekitar 75-80 persen dari total biaya kesehatan dan kebanyakan pembiayaan
kesehatan ini berasal dari uang pribadi yang dikeluarkan ketika mereka
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sekali berobat untuk penyakit flu saja bisa
menghabiskan lebih dari 150 ribu rupiah. Jumlah yang terbilang besar untuk
sebagian besar masyarakat kita. Tidak heran sebagian besar masyarakat mulai
menuduh dokter, pabrik obat dan pihak lain mengambil untung yang sangat besar
dari penyakit seseorang. Secara keseluruhan, total pengeluaran untuk kesehatan
di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga. Yang
jadi pertanyaan, apakah benar biaya kesehatan di luar negeri lebih murah?
Ternyata tidak, biaya dokter dan obat serta pemeriksaan laboratorium juga sama
mahalnya, bahkan lebih mahal. Lalu mengapa penduduknya tidak memprotes?
Jawabannya…. Karena mereka dilindungi oleh jaminan kesehatan dan subsidi.
Sebelum mereka sakit mereka sudah “dipaksa menabung” sehingga mereka tidak
kesulitan ketika harus mengeluarkan dana tak terduga untuk kesehatan. Di negara
kita pun kita juga “dipaksa menabung” lewat pajak, namun anggaran kesehatan
kita masih minim sehingga tidak semua orang terlindungi oleh jaminan kesehatan.
Lebih lanjut, cakupan asuransi amat terbatas, hanya mencakup pekerja di sektor
formal dan keluarga mereka saja, atau hanya sekitar sepertiga penduduk
dilindungi oleh asuransi kesehatan formal. Meski demikian mereka yang telah
diasuransikan pun masih harus mengeluarkan sejumlah dana pribadi yang cukup
tinggi untuk sebagian besar pelayanan kesehatan. Akibatnya kaum miskin masih
kurang memanfaatkan pelayanaan kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah.
Dampaknya, mereka menerima lebih sedikit subsidi dana pemerintah untuk
kesehatan dibandingkan dengan penduduk yang kaya. Akibatnya ketika seseorang sakit
dia harus menguras dompetnya untuk menutup biaya kesehatan.
Karena
itu memprioritaskan anggaran pemerintah yang terbatas ini untuk penyediaan
kesehatan publik (seperti imunisasi dan perawatan/untuk mengontrol penyakit
menular) menjadi sangat penting untuk untuk menjamin kontrol serta pengelolaan
sektor kesehatan secara menyeluruh. Hal tersebut juga penting untuk mendorong
serta menjamin kualitas pelayanan kesehatan dan untuk menyediakan sejumlah
pelayanan kesehatan dimana pasar tidak mampu menyediakannya (seperti pendidikan
dan informasi mengenai kesehatan). Sementara itu penyediaan fasilitas kesehatan
merupakan prioritas kedua, kecuali di wilayah dimana terdapat kegagalan
mekanisme pasar, misalnya sektor swasta tidak mampu atau tidak ingin
menyediakan sejumlah pelayanan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar