Jumat, 06 Januari 2012

Kesehatan Indonesia 2012



Tahukah anda berapa anggaran kesehatan negeri ini? 20%? 15%? 10%? Anda salah…. Jawaban yang benar adalah HANYA 2%. Bandingkan dengan Timor Leste, saudara tetangga kita yang menganggarkan 12% APBN nya di bidang kesehatan. Mahalnya biaya kesehatan mungkin inilah yang dirasakan sebagian besar masyarakat kita. Pembiayaan kesehatan saat ini lebih banyak dikeluarkan dari uang pribadi, dimana pengeluaran kesehatan yang harus dikeluarkan oleh seseorang mencapai sekitar 75-80 persen dari total biaya kesehatan dan kebanyakan pembiayaan kesehatan ini berasal dari uang pribadi yang dikeluarkan ketika mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sekali berobat untuk penyakit flu saja bisa menghabiskan lebih dari 150 ribu rupiah. Jumlah yang terbilang besar untuk sebagian besar masyarakat kita. Tidak heran sebagian besar masyarakat mulai menuduh dokter, pabrik obat dan pihak lain mengambil untung yang sangat besar dari penyakit seseorang. Secara keseluruhan, total pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga. Yang jadi pertanyaan, apakah benar biaya kesehatan di luar negeri lebih murah? Ternyata tidak, biaya dokter dan obat serta pemeriksaan laboratorium juga sama mahalnya, bahkan lebih mahal. Lalu mengapa penduduknya tidak memprotes? Jawabannya…. Karena mereka dilindungi oleh jaminan kesehatan dan subsidi. Sebelum mereka sakit mereka sudah “dipaksa menabung” sehingga mereka tidak kesulitan ketika harus mengeluarkan dana tak terduga untuk kesehatan. Di negara kita pun kita juga “dipaksa menabung” lewat pajak, namun anggaran kesehatan kita masih minim sehingga tidak semua orang terlindungi oleh jaminan kesehatan. Lebih lanjut, cakupan asuransi amat terbatas, hanya mencakup pekerja di sektor formal dan keluarga mereka saja, atau hanya sekitar sepertiga penduduk dilindungi oleh asuransi kesehatan formal. Meski demikian mereka yang telah diasuransikan pun masih harus mengeluarkan sejumlah dana pribadi yang cukup tinggi untuk sebagian besar pelayanan kesehatan. Akibatnya kaum miskin masih kurang memanfaatkan pelayanaan kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah. Dampaknya, mereka menerima lebih sedikit subsidi dana pemerintah untuk kesehatan dibandingkan dengan penduduk yang kaya. Akibatnya ketika seseorang sakit dia harus menguras dompetnya untuk menutup biaya kesehatan.
Karena itu memprioritaskan anggaran pemerintah yang terbatas ini untuk penyediaan kesehatan publik (seperti imunisasi dan perawatan/untuk mengontrol penyakit menular) menjadi sangat penting untuk untuk menjamin kontrol serta pengelolaan sektor kesehatan secara menyeluruh. Hal tersebut juga penting untuk mendorong serta menjamin kualitas pelayanan kesehatan dan untuk menyediakan sejumlah pelayanan kesehatan dimana pasar tidak mampu menyediakannya (seperti pendidikan dan informasi mengenai kesehatan). Sementara itu penyediaan fasilitas kesehatan merupakan prioritas kedua, kecuali di wilayah dimana terdapat kegagalan mekanisme pasar, misalnya sektor swasta tidak mampu atau tidak ingin menyediakan sejumlah pelayanan kesehatan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;